Katekese Masa Prapaskah & Paskah

Bina Iman

Masa prapaskah menjadi momen teragung bagi kita umat Kristiani untuk menjalani Retret Agung. Selama masa prapaskah itu kita diajak untuk tidak hanya “merobek dan mengoyakkan pakaian kita, tetapi juga hati kita”, Itulah pertobatan sejati yang justru dikehendaki Allah. Maka, dalam semangat membangun pertobatan sejati itulah, kita diajak untuk melihat kembali beberapa katekese yang diajarkan oleh Gereja tentang masa prapaskah.

POIN-POIN KATEKESE MENGENAI MASA PRAPASKAH :

1. Kapankah masa Prapaskah dimulai dan diakhiri?
Masa Prapaskah adalah masa 40 hari sebelum Paskah, yang digunakan Gereja untuk mempersiapkan diri dalam merayakan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus pada hari Minggu Paskah. Masa Prapaskah dimulai pada hari Rabu Abu, yaitu hari di mana umat beriman menerima tanda Salib dari abu di dahinya. Masa Prapaskah berakhir pada siang hari Sabtu Suci. Lima hari Minggu Prapaskah tidak terhitung dalam masa 40 hari tersebut.

2. Mengapa hari Minggu tidak terhitung dalam 40 hari masa Prapaskah?
Sebab hari Minggu adalah hari Kebangkitan Kristus, jadi hari
Minggu bukanlah saat yang tepat untuk berpuasa dan menyesali dosa-dosa kita. Pada hari Minggu kita wajib merayakan Kebangkitan Kristus demi keselamatan kita. Pada hari Jumat-lah kita mengenang wafat-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Hari Minggu sepanjang tahun adalah hari-hari pesta dan hari Jumatsepanjang tahun adalah hari-hari tobat.

3. Mengapa masa Prapaskah berlangsung empat puluh hari lamanya?
Sebab 40 hari adalah angka yang diyakini dalam Kitab Suci
sebagai waktu untuk pendisiplinan diri, penyembahan serta persiapan.
– Musa tinggal digunungAllah selama 40 hari (Kel 24:18; 34:28),
– Elia berkelana selama 40 hari sebelum ia tiba di gua di mana ia mendapat penglihatan (1 Raj 19:8),
– Niniwe diberi waktu selama 40 hari untuk bertobat (Yun 3:4),
– dan yang terutama, sebelum memulai karya pewartaan-Nya, Yesus melewatkan 40 hari di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa (Mat 4:2).
Karena Masa Prapaskah adalah masa untuk berdoa dan berpuasa, maka selayaknyalah umat Kristiani meneladani Tuhan mereka dengan masa 40 hari lamanya. Kristus menghabiskan 40 hari dengan berdoa dan berpuasa untuk mempersiapkan karya pewartaan-Nya, yang mencapai puncaknya pada hari Jumat Agung (Penyaliban-Nya) dan Minggu Paskah (Kebangkitan-Nya).
Katekismus Gereja Katolik menyatakan: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr 4:15). Oleh masa puasa selama empat puluh hari setiap tahun, Gereja mempersatukan diri dengan misteri Yesus di padang gurun,” (Katekismus Gereja Katolik 540).

4. Apa sajakah ciri khas dari masa Prapaskah?
Masa Prapaskah mempunyai dua ciri khas yaitu mengenangkan atau mempersiapkan pembaptisan dan membina pertobatan. Tradisi Gereja mencatat bahwa masa Prapaskah merupakan saat yang penting bagi para katekumen untuk mempersiapkan diri secara Iahir dan batin. Persiapan ini mencapai puncaknya ketika katekumen menerima Sakramen Baptis pada Malam Paskah Vigili. Bagi umat beriman lainnya masa ini adalah juga masa tobat. Dalam masa tobat ini, umat beriman melaksanakan “Retret Agung” merenungkan misteri sengsara dan wafat Tuhan Yesus. Tobat ditandai dengan pantang dan puasa. Karena itu sepanjang masa prapaskah, kegiatan pendalaman iman, puasa, pantang, dan amal amat dianjurkan.Warna Liturgi masa prapaskah secara Umum adalah Ungu sebagai lambang pertobatan, kecuali Tri Hari Suci atau Perayaan Wajib Selama Masa Prapaskah.

5. Mengapa orang Katolik membubuhi dahinya dengan tanda salib pada hari Rabu Abu?
Sebab menurut Injil tanda di dahi adalah lambang kepemilikan seseorang. Dengan tanda salib didahinya melambangkan bahwa orang tersebut adalah milik Yesus Kristus, yang wafat di Kayu Salib. Tanda itu serupa dengan tanda rohani atau meterai yang dimeteraikan dalam Baptisan Kristiani, yaitu ketika manusia dibebaskan dari perbudakan dosa, serta dijadikan hamba kebenaran. (Roma 6:3-18). Tanda itu juga serupa dengan gambaran orang-orang benar dalam Kitab Wahyu: “Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!” (Why7:3)

6. Mengapa dalam Perayaan Rabu Abu, umat diberi tanda abu di dahi?
Dengan menerima abu, setiap umat beriman diingatkan untuk kembali kepada Tuhan. “Kamu berasal dari abu dan akan kembali menjadi abu” (Kej 2:7). Forma ini mengingatkan kita akan kematian dan/atau kedatangan Tuhan yang dapat terjadi sewaktu-waktu seumpama pencuri di waktu malam, oleh karena itu diperlukan sikap berjaga-jaga dan bertobat: “Bertobatlah dan percayalah pada Injil”
Abu merupakan tanda yang mengingatkan kepada kita bahwa kita berasal dari debu tanah dan akan kembali ke abu/ debu tanah. (bdk. Kej 3:19, Ayb 34:15; Mzm 90:3; Mzm 104:29; Pengkhotbah 3:20). Kita ketahui bahwa manusia pertama diciptakan Allah dari debu tanah dan semua manusia akan meninggal, dan tubuhnya akan kembali terurai menjadi debu tanah. Pada saat kita menerima tanda salib dari abu di dahi kita pada hari Rabu Abu, kita diingatkan bahwa suatu saat nanti kita akan kembali ke tanah, yaitu bahwa hidup kita di dunia ini adalah sementara. Maka kita diajak untuk mengarahkan hati kepada Allah yang menciptakan kita, sebab Dia berada di atas kita dan segala kesenangan dunia sifatnya sementara.

7. Berasal dari manakah abu yang digunakan pada hari Rabu Abu?
Abu tersebut dibuat dengan membakar daun-daun palma yang berasal dari hari Minggu Palma tahun sebelumnya. Daun-daun palma itu kemudian diberkati oleh imam – abu yang diberkati telah digunakan dalam ritual keagamaan sejak jaman Musa (Bil 19:9-10,17).

8. Mengapa daun-daun palma yang berasal dari hari Minggu Palma tahun sebelumnya yang digunakan?
Sebab hari Minggu Palma adalah saat rakyat bersukacita menyambut Yesus yang memasuki Yerusalem dengan jaya. Mereka menyambut kedatangan-Nya dengan melambai-lambaikan daun-daun palma, sedikit di antara mereka yang menyadari bahwa la datang untuk wafat guna menebus dosa-dosa mereka.
Dengan menggunakan daun-daun Minggu Palma, Gereja hendak mengingatkan bahwa kita selayaknya tidak hanya bersukacita atas kedatangan Yesus, tetapi juga menyesali kenyataan bahwa karena dosa-dosa kitalah maka Ia harus wafat bagi kita guna menyelamatkan kita dari api neraka.

9. Apa itu hari Puasa dan Pantang?
Sesuai dengan Kitab Hukum Kanonik dan Ketentuan Pastoral Keuskupan Regio Jawa 2017 pasal 138 no 2.b tentang hari tobat, hari puasa adalah hari di mana umat Katolik yang berumur 18 sampai awal tahun ke-60 diwajibkan berpuasa.
Puasa berarti makan kenyang (normal) satu kali sehari dengan dua kali makanan kecil, selama porsi kedua makanan kecil tersebut jika dijumlahkan tidak menjadi satu porsi makanan normal. Anak-anak tidak diwajibkan berpuasa, namun demikian para orangtua wajib menjamin bahwa anak-anak mereka memperoleh pendidikan rohani yang selayaknya dalam hal berpuasa. Mereka yang mempunyai masalah kesehatan dan karenanya membutuhkan porsi makanan yang lebih besar atau makanan normal seperti biasanya, dapat dengan mudah memperoleh dispensansi dari imam. Hari pantang adalah hari di mana umat Katolik yang berumur genap 14 tahun keatas wajib berpantang daging, atau ikan atau garam, atau jajan atau rokok, Bila dikehendaki masih bisa menambah sendiri puasa dan pantang secara pribadi, tanpa dibebani dengan dosa bila melanggarnya. Sekali lagi, mereka yang mempunyai masalah kesehatan dan karenanya mempunyai kebutuhan makanan yang khusus dapat dengan mudah memperoleh dispensasi dari imam.

10. Kegiatan apa sajakah yang cocok dilakukan pada hari-hari biasa sepanjang masa Prapaskah?
Sepanjang hari-hari biasa masa prapaskah umat Kristiani diharapkan mengupayakan pertumbuhan pribadi dan komunitas dalam keutamaan-keutamaan hidup kristiani, baik dengan menyangkal diri dari sesuatu yang kita sukai, melakukan tindakan amal kasih baik secara jasmani ataupun rohani bagi sesama, berdoa, berpuasa dan berpantang, mengikuti misa harian, Adorasi di hadapan Sakramen Mahakudus, meluangkan waktu membaca Kitab Suci.
Mengikuti pertemuan-pertemuan untuk sharing iman/ibadat/pendalaman iman bersama di lingkungan, memenuhi kewajiban-kewajiban kita secara lebih setia, menerima Sakramen Tobat dan tindakan-tindakan lain yang menyatakan tobat secara umum. Masa prapaskah menjadi moment yang tepat untuk mengadakan pembinaan dan penerimaan kembali ke dalam pangkuan Gereja bagi mereka yang berada dalam keadaan dosa berat. Penerimaan sakramen tobat bagi umat baik juga jika diadakan di lingkungan-lingkungan untuk melayani mereka yang sakit, lanjut usia dan berada dalam kondisi keterbatasan fisik yang tidak memungkinkan untuk menerima sakramen tobat di Gereja.

.

11. Mengapa menyangkal diri dari hal-hal tertentu selama masa Prapaskah merupakan kebiasaan yang baik serta bermanfaat?
Dengan menyangkal diri dari hal-hal yang kita sukai, kita mendisiplinkan kehendak kita sehingga kita tidak diperbudak oleh kesenangan-kesenangan kita itu. Seperti misalnya dengan selalu memperturutkan kata hati dalam menyantap makanan akan mengakibatkan kelemahan jasmani, jika keterikatan itu semakin besar, kita juga tidak akan mampu menghadapi situasi-situasi yang sulit lainnya. Terbiasa memperturutkan kata hati dalam segala kesenangan akan mengakibatkan kelemahan rohani, dan jika keterikatan itu semakin besar, kita juga tidak akan mampu menghadapi situasi-situasi rohani yang sulit. Dengan mendisiplinkan kehendak kita untuk menolak godaan pada saat godaan tersebut tidak menimbulkan dosa, maka kita membentuk kebiasaan untuk menolak godaan ketika godaan itu mengakibatkan dosa.

12. Selain hari Rabu Abu, yang mengawali masa Prapaskah, adakah perayaan-perayaan penting lainnya dalam masa Prapaskah?
Ada banyak pesta para kudus dalam Masa Prapaskah, dan beberapa di antaranya berubah dari tahun ke tahun karena tanggal berlangsungnya Masa Prapaskah sendiri juga berubah-ubah sesuai dengan tibanya Perayaan Paskah. Hari-hari Minggu dalam Masa Prapaskah kita mengenangkan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Tuhan Yesus, seperti Transfigurasi-Nya dan Yesus memasuki Yerusalem dengan jaya pada Hari Minggu Palma yang menjadi tanda dimulainya Pekan Suci.
Pekan Suci mencapai puncaknya pada hari Kamis Putih – di mana Kristus merayakan Misa pertama, Jumat Agung – di mana Yesus disalibkan, dan Sabtu Suci – hari terakhir dari Masa Prapaskah – di mana Tuhan Yesus terbaring di Makam sebelum Kebangkitan-Nya pada hari Minggu Paskah, yaitu hari pertama sesudah Masa Prapaskah.

13. Dalam hal liturgi, adakah hal-hal khusus yang patut menjadi perhatian selama masa Prapaskah?
Dalam perayaan liturgi selama masa Prapaskah, Kemuliaan dan Alleluia tidak dinyanyikan, kecuali pada hari raya wajib selama masa Prapaskah, yaitu HR St Yusuf (tgl. 19 Maret) dan HR Kabar Sukacita (tgl. 25 Maret). Jika hari raya tersebut jatuh pada hari Minggu Prapaskah maka hari raya tersebut dipindahkan ke hari lain. Misalnya: tanggal 25 Maret 2018 itu bertepatan dengan minggu palma, maka hari raya kabar sukacita dipindahkan ke tanggal 9 April 2018. Ikon-ikon kudus ditutupi, menandakan masa umat di padang gurun, hiasan-hiasan sebaiknya tidak dibuat mewah, hiasan bunga ditiadakan selama masa Prapaskah. Mulai Minggu prapaskah V, salib diselubungi kain ungu sampai akhir Jumat Agung, sedangkan patung (atau lukisan utama) sampai awal perayaan Malam Paskah. Khusus selama Kamis Putih selubung ungu diganti selubung putih. Alat-alat musik hanya boleh dimainkan secara sederhana untuk mengiringi nyanyian dan yang menggaris-bawahi ciri tobat. Sejalan dengan itu, maka Perayaan-perayaan atau pesta-pesta dan resepsi tidak dianjurkan selama masa Prapaskah. Demikian biasanya penerimaan Sakramen Perkawinan dan Imamat ditiadakan selama masa Prapaskah. Tetapi pemberesan perkawinan bagi mereka yang terkena ekskomunikasi sangat dianjurkan selama Masa Prapaskah. Pastor paroki dimohon secara bijaksana mencermati dan mengambil kebijakan sebaik mungkin dalam situasi dan kebutuhan pelayanan umat ini.

14. Bolehkah ada iringan organ dalam misa selama masa Prapaskah?
Tentang penggunaan alat musik dalam masa prapaskah, litterae Circulares De Festis Paschalibus Praeparandis et Celebrandis (Surat Edaran Tentang Perayaan Paskah & Persiapannya) Roma, thn 1988 dan PUMR thn 2002 menyebutkan bahwa: Dalam Masa Prapaskah tak diperkenankan menghias altar dengan bunga-bunga; bunyi alat-alat musik diperkenankan hanya untuk mengiringi nyanyian (FPPC17).
Pada Minggu Prapaskah ke-4 (“Laetare”) dan pada Hari Raya dan Pesta, orgel dan alat-alat musik lain dapat dimainkan dan altar dapat dihias dengan bunga-bunga (FPPC 25). Selama Masa Prapaskah, organ dan alat musik lain hanya boleh dimainkan untuk menopang nyanyian, kecuali pada Minggu Laetare (Minggu Prapaskah JV) dan hari raya serta pesta yang terjadi dalam masa ini (PUMR 313).

15. Mengapa dalam masa Prapaskah, umat dianjurkan untuk mengikuti Ibadat Jalan Salib?
Jalan Salib disusun berdasarkan meditasi St. Bernardus, St. Fransiskus Asisi dan St. Bonaventura di abad pertengahan, yang kemudian dituangkan dalam 14 pemberhentian seperti yang kita kenal sekarang dari komunitas Fransiskan di abad ke 17. Tujuan renungan/meditasi ini adalah supaya umat dapat merenungkan kisah sengsara Yesus dari saat sebelum wafat-Nya sampai Ia dikuburkan. Ibadat Jalan Salib diadakan setiap Hari Jumat selama Masa Prapaskah, lbadat ini dapat dilaksanakan di Gereja atau dapat juga dilaksanakan di di setiap lingkungan di tempat yang sesuai. Doa jalan Salib pribadi atau bersama keluarga juga dianjurkan untuk dilaksanakan selama Masa Prapaskah. Doa Jalan Salib biasanya disesuaikan dengan tema APP di setiap Keuskupan.

16. Pekan suci dimulai dengan perayaan hari Minggu Palma apa makna dari perayaan ini dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Perayaan Minggu Palma dimaksudkan sebagai perayaan yang menghubungkan perayaan kejayaan Kristus Raja dengan pewartaan sengsara-Nya. Beberapa ketentuan liturgis mengenai perayaan Minggu Palma adalah sebagai berikut:
1) Prosesi meriah Minggu Sengsara untuk mengenang perarakan Yesus masuk Yerusalem diadakan hanya satu kali dan hendaknya dilakukan pada misa yang paling utama pada hari Minggu, sedangkan cara sederhana dilaksanakan pada Misa yang lain pada hari ini.;
2) Daun palma yang diberkati dalam perayaan ini dapat disimpan di rumah masing-masing kaum beriman sebagai tanda kejayaan Kristus.;
3) Kisah Sengsara dibawakan dengan meriah tanpa lilin dan dupa. Peran Yesus dibawakan oleh imam. Tetapi kalau dinyanyikan, peran Yesus dapat dibawakan oleh orang lain.

17. Tri hari suci dimulai dengan Perayaan Ekaristi Kamis Putih, sampai puncaknya dalam perayaan malam Paskah dan berakhir Minggu Paskah. Apa makna dari perayaan Kamis Putih dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Perayaan Kamis Putih merupakan perayaan liturgi yang mengawali Trihari Paskah dan dimaksudkan untuk mengenang Perjamuan Malam terakhir yang dilakukan oleh Yesus bersama dengan murid-murid-Nya. Beberapa ketentuan liturgis mengenai perayaan Kamis Putih adalah sebagai berikut:
1) Selama kemuliaan/gloria dinyanyikan klinthing dan (lonceng) dibunyikan.;
2) Dalam Perayaan Kamis Putih, diadakan upacara pembasuhan kaki untuk mengungkapkan semangat pelayanan dan kasih Kristus yang datang tidak untuk dilayani melainkan untuk melayani.;
3) Setelah Misa Kamis Putih umat diajak mengadakan tuguran dengan adorasi dalam gereja di depan Sakramen Mahakudus. Dalam tuguran ini, dapat bisa dibacakan Injil Yoh bab 13-17 dan setelah tengah malam, tuguran/adorasi hendaknya dilaksanakan tanpa KEMERIAHAN KARENA SUDAH MULAI HARI SENGSARA TUHAN.

18. Apa makna dari Perayaan Jumat Agung dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Perayaan lbadat (bukan misa) Jumat Agung adalah perayaan ibadat untuk mengenangkan sengsara Tuhan dan menghormati salibNya. Beberapa ketentuan liturgis mengenai perayaan JumatAgung adalah sebagai berikut:
1) lbadat Jumat Agung sebaiknya diadakan jam 15.00, namun karena alasan pastoral dapat juga ditentukan waktu yang lain yang lebih sesuai untuk umat, misalnya setelah tengah hari siang atau sore, tetapi tidak boleh setelah jam 21.00.;
2) lbadat Jumat Agung meliputi perayaan sabda (termasuk kisah sengsara dan doa umat meriah), penghormatan salib, dan penerimaan komuni.

19. Apa makna dari Perayaan Sabtu Suci dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Pada Sabtu Suci/Sabtu Paskah, Gereja berhenti di makam Tuhan, merenungkan penderitaan, wafat, dan masuk-Nya ke dunia kematian dan menantikan kebangkitan-Nya dengan puasa dan doa. Beberapa ketentuan liturgis mengenai Sabtu Suci adalah sebagai berikut:
1) Pada Sabtu pagi – siang tidak ada perayaan Ekaristi.;
2) Bila mungkin, hendaknya diadakan ibadat Sabda atau kebaktian yang sesuai dengan misteri yang dikenangkan pada hari ini.

20. Apa makna dari Perayaan Malam Paskah dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Malam Paskah adalah malam tirakatan bagi Tuhan, mengenangkan malam kudus waktu Tuhan bangkit dan karenanya dipandang sebagai induk segala tirakatan. Beberapa ketentuan liturgis mengenai Malam Paskah adalah sebagai berikut:
1) Perayaan Malam Paskah terdiri atas upacara cahaya dan madah Paskah, perayaan sabda tentang karya-karya agung Allah, perayaan baptis, perayaan ekaristi.;
2) Agar umat dapat mengikuti upacara cahaya, sebaiknya umat mengelilingi lilin paskah di halaman gereja. Bila keadaan tidak memungkinkan, upacara cahaya dilaksanakan di depan altar, lalu diadakan prosesi dari belakang gereja.

21. Apa makna dari Perayaan Minggu Paskah dan apa sajakah ketentuan-ketentuan liturgis yang harus diperhatikan?
Bila Perayaan Malam Paskah tidak dititik-beratkan pada peristiwa/keadaan Kristus setelah bangkit, tetapi pada peristiwa peralihan dari sengsara dan wafat ke kebangkitan dan pengharapan, maka perayaan Minggu Paskah akan lebih bermakna. Beberapa ketentuan liturgis mengenai Perayaan Minggu Paskah:
1) Dapat diadakan pembaruan janji baptis dan pemercikan air suci mengingat adanya sebagian umat yang tidak mengikuti perayaan Malam Paskah, atau
2) Di awal misa dilakukan pemercikan air suci yang diberkati pada Malam Paskah dan diiringi lagu ‘Vidi Aguam’ atau nyanyian baptis

 Sumber: Buku Panduan APP 2019

Keuskupan Agung Semarang