Bagi orang Katolik, selama masa Prapaskah (dan masa Adven) selalu diadakan pengakuan dosa (bisa disebut Sakramen Tobat atau Sakramen Rekonsiliasi). Bagi orang Katolik, mengaku dosa kepada seorang romo adalah wajar, karena hal itu merupakan bagian dari ritual Sakramen Rekonsiliasi. Namun, tidak jarang orang Katolik dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang yang berbeda keyakinan dari iman Katolik.
Mereka mungkin berujar, “Loh, romo kan manusia biasa, mengapa mengaku dosa kepadanya?” Atau mungkin mereka bertanya, “Mengapa orang Katolik tidak langsung mengaku dosa kepada Allah?” “Bukankah romo juga manusia biasa yang juga pernah berbuat dosa? Mengapa orang berdosa mengaku dosa kepada orang berdosa?” Mendengar pernyataan-pernyataan seperti itu, terkadang kita terpancing emosinya. Mungkin hanya bisa menjawab “Ini, iman saya, jangan campuri iman saya dong.”
Dalam situasi tersebut, kita bisa menjawab dengan jawaban berikut.
1. Dasar Kitab Suci
Pertama, dalam Surat Yakobus 5: 16, Allah, melalui Kitab Suci, memerintahkan kita untuk “saling mengaku dosa dan saling mendoakan.” Ingat bahwa Kitab Suci tidak memerintahkan kita untuk mengaku dosa langsung kepada Allah. Lebih lanjut, di dalam Injil Matius 9:6, Yesus mengatakan kepada kita bahwa Dia diberikan Kuasa di dunia ini untuk mengampuni dosa. Lalu, ditegaskan dalam ayat 8 bahwa kuasa itu diberikan kepada manusia, “Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.” (Mati 9:8) Lebih daripada itu, dalam Injil Yohanes 20:21-23, kata-kata pertama saat Ia berkumpul bersama murid-muridnya yaitu “Damai Sejahtera besertamu. Seperti Bapa telah mengutus Aku, demikian pula Aku mengutus kamu.”
Apa tugas Yesus di dunia sebagai utusan Bapa? Dalam Injil Matius Bab 9, Yesus diberi kuasa untuk mengampuni dosa. Dan sekarang, Yesus mengutus murid-muridNya dengan kuasa yang sama seperti Bapa telah mengutus-Nya yakni kuasa untuk mengampuni dosa. Lebih tegas dalam ayat 22-23 Injil Yohanes, “Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20:22-23).
2. Seorang Romo bertindak sebagai “In Persona Christi”
Seorang imam bertindak sebagai “In Persona Christi” (Pribadi Kristus). Jadi, sesungguhnya bukan pribadi romo itu yang mengampuni dosa, tetapi Yesus Kristus melalui romo yang dalam sakramen imamat bertindak mengampuni dosa. Saat absolusi Romo berkata, “Aku melepaskan kamu dari dosa-dosamu dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus.”
3. Semua Sakramen adalah Komunikasi Rahmat Allah
Pertama rahmat dari sakramen itu selalu ada pada dirinya sendiri. Itu artinya entah sakramen imamat atau sakramen perkawinan, atau Sakramen Ekaristi, selalu ada rahmat yang diterima. Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah bagaimana disposisi batin kita. Dengan demikian, si pengaku dosa dan Romo sama-sama membutuhkan sikap batin yang tepat dan persiapan supaya menerima rahmat dari Allah. Rahmat yang diterima melalui sakramen tobat yakni, kita disembuhkan oleh Yesus, disatukan kembali dengan komunitas Gereja, dikuatkan, dan tentu saja diampuni dosa-dosa kita.
4. Tindakan Kerendahan Hati
Setiap dosa, entah pribadi maupun sosial, merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah. Seperti Adam dan Hawa yang secara sadar dipenuhi dengan kesombongan melawan Allah. Dosa didefinisikan sebagai melanggar perintah Tuhan dengan sengaja dan memilih hal-hal yang “rendah”. Sakramen penebusan dosa adalah tindakan kerendahan hati sejati yang melawan rasa kebanggaan dan kesombongan. Ini adalah pengalaman yang rendah hati untuk mengakui kesalahan seseorang kepada orang lain, dalam hal ini Romo yang bertindak atas nama Kristus. Dengan tindakan kerendahan hati ini, kita menyatakan kepada Allah betapa menyesalnya kita bahwa kita berbalik dari-Nya.
5. Rekonsiliasi
Dosa tidak hanya memisahkan kita dari Tuhan, tetapi juga mengganggu hubungan kita dalam tubuh mistik Kristus, Gereja. Oleh karena itu sakramen rekonsiliasi tidak hanya memulihkan hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga mengembalikan kita kepada Gereja. Ibarat “Tubuh Kristus” jika satu anggota tubuh sakit, maka semua bagian tubuh sakit. Dengan pengakuan dosa, kita disembuhkan dan semua anggota tubuh pun sehat serta bersukacita bersama. Itulah sebabnya orang Katolik perlu dan dengan sadar dan sukarela mengaku dosa kepada Romo yang bertindak sebagai persona Christi. Semoga bermanfaat.
Sumber: amortpost.com