Visitasi Bunda Maria

Fokus

Visitasi Bunda Maria merupakan tradisi Paroki Sragen dalam perayaan HUT Paroki Sragen yang berlindung pada Santa Perawan Maria di Fatima Sragen. Sudah selama enam tahun, lebih tepatnya pada tahun 2013, saat ulang tahun ke-56, kegiatan Visitasi Bunda Maria dilakukan di Paroki Santa Perawan Maria di Fatima di Sragen. Kegiatan ini merupakan suatu bentuk cinta bakti (tribute) kepada Bunda Maria yang menjadi pelindung Paroki Sragen. Patung Maria Fatima diarak ke lingkungan-lingkungan di Paroki Sragen. Patung tersebut adalah gambaran Bunda Maria yang ingin menyapa anak-anaknya.

Dalam visitasi ini, Bunda Maria mengunjungi lingkungan-lingkungan yang ada di Paroki Sragen. Sebanyak 48 lingkungan dikunjungi Bunda Maria. Dalam kunjungan tersebut Bunda Maria diterima di kapel, dan kalau lingkungan tersebut tidak mempunyai kapel, Bunda Maria masuk ke dalam rumah warga. Selama 24 jam, Bunda Maria hadir dan menemani umat lingkungan. Bukan hanya doa saja yang dapat dilakukan selama visitasi, kegiatan-kegiatan lain seperti sarasehan, berbagi pengalaman iman, rapat lingkungan, bahkan latihan paduan suara bisa dilakukan untuk mengisi kegiatan dalam visitasi tersebut.

Idealnya, selamat 24 jam tersebut, Bunda Maria tidak dibiarkan “menganggur” ditinggal sendirian tanpa ada yang menemani. Inti dari kegiatan visitasi tersebut adalah Bunda Maria ingin hadir selama 24 jam di dalam lingkungan yang dikunjunginnya. Sebagai suatu ilustrasi, jika kita mempunyai tamu agung, misalnya bupati, gubernur, atau presiden, apakah tamu agung tersebut ditinggalkan sendirian tanpa ada orang yang menemani, atau mungkin dikunci di dalam kamar. Tentunya tidak!

Bunda Maria ingin mendengarkan cerita kegembiraan dan kebahagiaan, bahkan keluh kesah anak-anaknya. Layaknya seorang ibu, yang tidak tega melihat anaknya menderita, begitulah pula Bunda Maria juga tidak tega melihat kita yang menyampaikan keluh kesah kepadanya. Ingat dalam kisah “Perkawinan di Kana” di mana kepala pelayan berkeluh kesah kepada Bunda Maria bahwa anggur sudah habis. Keluh kesah itu disampaikan kepada Yesus. Walaupun Yesus awalnya menolak permohonan tersebut, tetapi akhirnya Yesus mengadakan mukjizat mengubah air menjadi anggur (bdk. Yoh2:1-11).

Visitasi Bunda Maria ini mengingatkan kita akan suatu kisah Bunda Maria yang tengah mengandung Yesus, Sang Juru Selamat, mengunjungi Elisabeth saudarinya yang juga tengah mengandung (Luk1:39-45). Pertemuan di antara dua perempuan sederhana yang luar biasa. Sebuah nyanyian pujian Maria atau yang sering disebut Magnifikat (Luk 1:46-55), menjadi sebuah refleksi Maria tentang bagaimana begitu agungnya rencana Tuhan yang akan terjadi di antara kedua perempuan tersebut. Rencana keselamatan Allah terhadap umat manusia yang direncanakan lewat dua orang perempuan sederhana.

Dalam kunjungan Bunda Maria tersebut bayi yang ada di dalam kandungan Elisabeth melonjak kegirangan menerima kehadiran Bunda Maria dan Yesus yang masih dalam kandungan. Kegembiraan inilah menjadi spiritualitas visitasi ini. Di mana kita juga memiliki kegembiraan yang sama saat Bunda Maria hadir di dalam kehidupan kita. Kita layaknya bayi yang ada di dalam kandungan Elisabeth yang begitu gembiranya sampai melonjak di dalam kandungan.

Yang disampaikan Elisabeth memberi inspirasi kepada kita: “… Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?…” (Luk1:43). Kita adalah manusia yang penuh dengan kesalahan, penuh kelemahan,tetapi Bunda Maria mau hadir mengunjungi kita. Mau ikut serta dalam rutinitas kita selama 24 jam.

Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan selamat berdinamika dengan Bunda Maria. Mari kita gunakan kesempatan yang indah ini untuk menimba kekayaan rohani yang dimiliki oleh Bunda Maria. Juga, tidak ada salahnya kita juga menyampaikan keluh kesah kita kepada Bunda Maria, karena Bunda Maria akan menyampaikan keluh kesah kita kepada Yesus.
Selamat berdinamika, Tuhan Memberkati, Bunda Maria merestui.

Dewan Pastoral Paroki Sragen