Alkitab-nya SAMA Iman-nya BEDA

Bina Iman

Belajar dari Sejarah
Pertama kali, kita harus melihat kembali kepada sejarah keberadaan Alkitab itu sendiri, bagaimana proses dari tidak ada Alkitab sampai hari ini kita bisa memegang Alkitab yang kita pakai. Alkitab merupakan terjemahan dari Bible yang juga berasal dari kata “Biblia” dalam bahasa Yunani yang berarti “buku-buku” yang digunakan oleh orang Kristen perdana untuk menunjuk pada tulisan-tulisan yang di-inspirasikan oleh Roh Kudus.

Bangsa Yahudi, murid Yesus, dan para rasul memegang kitab-kitab yang berbeda satu sama lainnya dari segi nama/judul kitab, gaya bahasa, asal kitab, dan tentu saja isi untuk tujuan/lingkup mengajar yang berbeda. Setelah kematian Yesus di kayu salib, ada keinginan dari umat Gereja perdana untuk menyamakan kumpulan kitab yang mereka punyai agar, semua murid Yesus mempunyai kitab yang sama, dan juga selain itu, untuk menjaga agar murid Yesus terhindar dari kesesatan, karena pada saat itu terdapat banyak sekali naskah-naskah sesat yang beredar.

Kanonisasi dalam praktek, kanon berarti daftar buku-buku yang diakui sebagai bagian dari Kitab Suci) Alkitab dimulai pada abad pertama dan berakhir pada abad ke-4, dimana dalam kanonisasi tersebut, naskah-naskah yang ada diteliti oleh Magisterium Gereja apakah itu benar diinspirasikan oleh Roh Kudus atau hanya merupakan tulisan prosa, palsu, bidat, dll..Kanonisasi ini ditutup dengan menyatakan bahwa alkitab yang sah untuk digunakan oleh umat Kristen di seluruh penjuru dunia adalah 73 kitab.

Pada Konsili Trente, Gereja Katolik menetapkan Kitab Deuterokanonika sebagai Kitab Suci. Kitab Deuterokanonika terdiri dari Kitab Yudith, Kitab Tobit, Kitab Makabe I, Kitab Makabe II, Kitab Kebijaksanaan, Kitab Putera Sirakh, Kitab Baruch. Kitab-kitab inilah yang akhirnya menjadi perbedaan antara Alkitab Katolik dan Protestan. Karena umat Katolik menggunakannya sebagai Kitab Suci, sedangkan agama Protestan tidak mengakui ketujuh kitab tersebut. Dan ini juga alasan mengapa Alkitab umat Katolik lebih tebal dari Alkitab Protestan. Hingga kini Gereja Katolik terus mempertahankan serta menghormati kitab-kitab seperti yang telah diterima oleh Gereja Kristen Purba.

.

Otoritas Iman Katolik
Menilai dari sejarah Alkitab, kita dapat melihat bahwa, ke-absahan atau ke-otentikan Alkitab dijamin oleh Magisterium Gereja, jika tidak ada Magisterium Gereja, tentu saja tidak ada yang dapat menjamin bahwa alkitab tersebut benar-benar merupakan Firman Tuhan. Cara pandang dan penafsiran dari Alkitab yang tidak dapat salah tentunya harus dengan bantuan terang Gereja yang diwariskan kepada kita melalui Tradisi Lisan.

Lalu bagaimana dengan klaim dari pihak-pihak tertentu bahwa ‘Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran iman’?
Marilah kita sedikit membuka Alkitab dan menyelidiki, apakah benar, Alkitab menyatakan bahwa Ia-lah satu-satunya sumber iman:

Yoh 20:30 Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini,

Yoh 21:25 Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.
Jelaslah bahwa Alkitab sendiri tidak menyatakan bahwa Ia-lah satu-satunya sumber kebenaran iman, sebaliknya, Alkitab makin meneguhkan otoritas Iman Katolik dengan menegaskan:

2 Tes 2:15 Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.

Rasul Paulus menegaskan agar kita berpegang teguh pada ajaran (tradisi) yang kita terima, baik dari tulisan maupun lisan, kita tahu bahwa yang tulisan pasti adalah Kitab Suci, lalu bagaimana dengan yang lisan?? Tentu saja yang dari Yesus diberikan secara turun menurun dari para Rasul yang dikepalai oleh Petrus sampai ke Paus Benedictus XVI sekarang.

Oleh karena itu, otoritas iman kita menjadi jelas yaitu dari Kitab Suci, dan Tradisi (Suci) yang dijaga oleh Magisterium Gereja dibawah Paus.

.

Iman-nya sama?
Meninjau dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, kita bisa dengan tegas menyimpulkan bahwa Katolik dan Protestan adalah tidak sama. Perbedaan yang paling besar adalah terletak pada bagaimana umat Katolik dan Protestan menafsirkan isi Alkitab, dimana penafsiran umat Katolik akan Alkitab berpusat pada terang pengajaran dari Gereja. Kesatuan ajaran iman dan penafsiran yang berpusat pada Gereja dibawah kepemimpinan Bapa Paus inilah yang menjaga persatuan dan keutuhan iman Gereja katolik sejak 2000 tahun yang lalu sampai sekarang di seluruh dunia, dan inilah yang kita akui dalam pengakuan iman setiap kali misa yaitu: Aku percaya akan Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik.